Konon metode terbaik dalam pendidikan anak usia dini adalah bermain dan
bernyanyi. Dalam permainan dan nyanyian ada nilai nilai yg diselipkan
dan diharapkan untuk dipraktekkan di keseharian.
Ibu Sud, Pak Kasur dan beberapa pengarang lagu anak anak di jaman saya
sangat terkenal. Lagu lagunya tak lekang dimakan jaman, tetap
didengarkan hingga saat ini.
Ada yg mengajarkan kerja keras seperti dlm lagu "menanam jagung", ada
pula cinta kasih ibu dlm "kasih ibu" bahkan teknik membuat layang layang
dlsb. Beragam lagu yg syairnya sangat sederhana dan irama musik yang
mudah ditiru dan didendangkan para balita.
Entah karena tidak diajarkan di sekolah atau saking banyaknya nyanyian
dan pelajaran yg diberikan, anak saya yg sekarang sudah beranjak remaja
ternyata kurang mengenal lagu anak anak yg kusebut tadi. Mereka lbh
kenal dan hapal lagu boyband dan girlband baik lokal atau impor.
"Blessing in disguise" di Perumnas Depok dan saya juga sudah liat hingga
Sumedang, permainan menunggang kuda, bebek, kambing dan onta dan
binatang lain yg digerakan mengangguk angguk dengan rantai yg digowes
seperti becak sangat digemari balita.
Binatang tunggangan yg berwarna warni itu digerakan sembari diikuti
nyanyian yg sangat akrab ditelingaku. 4 hingga 6 balita menunggang
binatang itu sambil bersenandung dan disuapi ibunya.
Bukankah ini bisnis hiburan rakyat yg sangat mendidik, menyelipkan
nasehat sambil bermain, bernyanyi dan bercengkerama (untuk ibu ibunya).
Operator "Odong Odong", nama permainan ini, juga untung serta sehat
karena terus menggenjot rantai "becaknya".
Bau keringat dari ketiak operator odong odong tentu merupakan bagian
dari eksotisme tropik dalam pendidikan. Alangkah sepi dan naifnya hidup
anak balita itu saat mereka dewasa ketika tidak pernah mengenal bahwa
bekerja berkeringat dalam arti sebenarnya itu membawa berkah.
Pendidikan (ala) Odong Odong tanpa disadari mengisi kekosongan
pendidikan anak usia dini tanpa bantuan guru, hanya oleh operator odong
odong yg niatnya hanya mencari nafkah sehari hari. (Ahmad Rizal)